Sabtu, 05 Juni 2010

Pilkada Kabupaten Bekasi

Tiga tahun yang lalu,Minggu 11 Maret 2007, Kabupaten Bekasi mengadakan Pilkada untuk memilih bupati definitif pengganti penjabat bupati, Tenny Wishramwan. Pemilihan bupati ini merupakan buntut dari kisruh pemilihan bupati tahun 2004 yang menempatkan Saleh Manaf-Solihin Sari sebagai Bupati dan Wakil Bupati Bekasi.

Hasil pemilihan bupati tahun 2004 tersebut digugat oleh mantan bupati, Wikanda Darmawijaya dan setelah mengalami persidangan yang berliku, paket bupati-wakil bupati Saleh Manaf-Solihin Sari dicopot dari jabatannya. Untuk mengisi kekosongan posisi bupati, ditunjuklah Tenny Wishramwan sebagai penjabat bupati.

Bekasi adalah daerah yang unik. Secara definitif, Bekasi berada dibawah pemerintah provinsi Jawa Barat, namun dalam aspek pendekatan keamanan, Bekasi menginduk pada Kodam V Jakarta Raya dan Polda Metro Jaya. Soal kedekatan Bekasi dengan ibukota DKI Jakarta sempat mencuatkan perselisihan antara Ali Sadikin dan Solihin GP saat Ali Sadikin menjabat sebagai Gubernur Jakarta dan ingin memasukkan wilayah Bekasi kedalam Wilayah DKI Jakarta.

Bekasi sendiri terbagi 2 (dua), yaitu Kabupaten dan kotamadya Bekasi. Pada saat hampir bersamaan dengan pilkada kabupaten Bekasi, kota Bekasi merayakan hari jadinya pada tanggal 10 Maret 2007.

Kembali pada pilkada, pilkada saat itu cukup unik karena diikuti oleh calon yang beragam dan menunjukkan bahwa dalam politik tidak ada kawan abadi, yang ada adalah kepentingan abadi. Baru kali ini pula pilkada diikuti oleh seluruh masyaraka mengingat pemilihan buoati tahun 2004 dilakukan oleh DPRD. Pilkada bupati Bekasi akan diikuti oleh :

1. Wikanda Darmawijaya - Daeng Muhammad.
Wikanda adalah mantan bupati Bekasi yang dikalahkan oleh Saleh Manaf dalam pemilihan bupati tahun 2004. Pasangan ini dicalonkan oleh Partai Amanat Nasional (PAN)
2. Saleh Manaf - Omin Basyuni
Saleh Manaf adalah mantan kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) daerah kabupaten Bekasi era Wikanda Darmawijaya menjabat sebagai bupati. H Omin Basyuni disebut-sebut sebagai orang kaya daerah Cikarang. Pasangan ini didukung oleh Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
3. Nachrowi Solihin-Solihin Sari (NASSA)
Pasangan ini dicalonkan oleh partai Golkar. Solihin Sari adalah mantan wakil bupati saat masih bersama Saleh Manaf
4. Saadudin-Darip Mulyana (SADAR)
Saadudin adalah calon dari Partai Keadilan Sejahera. Mantan dosen pada STMIK Bani Saleh Bekasi dan pendiri SDIT Thariq bin Ziyad. Saadudin adalah ketua DPRD kabupaten Bekasi periode 2004-2009. Darip Mulyana adalah mantan pejabat Kota Bekasi yang kalah dalam pemilihan Walikota Bekasi melawan H. Ahmad Zurfaih. Pasangan ini cukup kuat didaerah Tambun dan Cibitung, tempat tinggal calon bupati Saadudin serta pada basis-basis PKS diwilayah perkotaan dan perumahan.
5. Memet Rochamat-Jejen Sayuti (METRO JES)
Pasangan ini dicalonkan oleh PDIP dan disebut-sebut sebagai calon terkuat bupati Bekasi. Popularitas Metro-Jes tersebar didaerah pedesaan.
6. Munawar Fuad - Adhy Firdaus
Pasangan yang dicalonkan oleh PKB-Partai Demokrat ini sempat beriklan pada media massa nasional Metro TV serta mengandalkan basis dukungan massa NU dan Demokrat.

Melihat konfigurasi kekuatan diatas, cukup sulit memperkirakan siapa pemenang pilkada bupati Bekasi ini. Jika pemenang adalah Wikanda, akan mendapat resistensi dari Saleh Manaf yang secara politik pernah dikandaskan, demikian pula sebaliknya. Hal lain juga akan terjadi jika Solihin Sari yang memenangkan pilkada, karena biar bagaimanapun. Solihin Sari pernah berpasangan dengan Saleh Manaf.

Jika melihat secara kasat mata, pendapat pribadi saya memperkirakan pemenang Bupati Bekasi adalah satu diantara 3 kemungkinan, yaitu : Saleh Manaf-Omin Basyuni, Saadudin-Darip dan Memet Rochamat-Jejen Sayuti. Saleh Manaf memiliki basis dukungan kuat di Cikarang dan daerah lain yang mengenalnya sebagai bupati sebelumnya. Saadudin-Darip kuat didaerah Tambun dan didukung oleh massa yang militan dari PKS dan simpatisan, sedangkan Memet Rochamat-Jejen Sayuti kuat dibasis pedesaan. Ada kemungkinan selisih perolehan suara tidak akan terlampau jauh mengingat ketatnya persaingan. Tentu saja analisa ini perlu dikaji ulang mengingat daerah pantauan saya pribadi terbatas pada wilayah Tambun-Cibitung-Cikarang.

Satu hal yang patut disayangkan, jika diperhatikan, tingkat partisipasi masyarakat dalam pilkada ini sangat rendah. Pada beberapa TPS, mungkin tidak sampai 50%. (Sumber : vavai.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar